Pak Guru Ganteng Datang Bukan Berbagi Sembako, Hanya Berbagi Senyuman


Pagi ini matahari menampakan cahayanya. Langit tampak indah dengan balutan birunya. Udara berhembus lembut membelai disela kulit. Sambil membuka pintu, saya menikmati keindahan pagi. Tanpa berpikir panjang saya langsung berolahraga mengeluarkan keringat. Sejenak pikiranku hilang dari pandemic yang sedang terjadi. Setiap hari pikiran saya selalu dihantui oleh virus corona ini. Saya sungguh merindukan suasana seperti dulu. Setiap pagi selalu bersama mereka memulai kegiatan pagi. 

Hari ini saya sudah berjanji dengan siswa untuk melihat dan menilai tugas home learning mereka. Kegiatan ini rutin dilakukan semenjak siswa libur sekolah karena wabah covid-19. Saya melakukan hal ini karena siswa saya tidak bisa melaksanakan pembelajaran dalam jaringan(daring). Mereka hanya bisa lewat luring. Jadi biar mereka semangat belajar dirumah, makanya setiap sekali seminggu saya menilai tugas yang sudah dikerjakan. Biasanya siswa saya minta ke sekolah karena sebagian siswa jarak rumahnya dekat dengan sekolah. Selain itu siswa saya cuma sedikit 9 orang, jadi memungkinkan hal itu dilakukan. Saya selalu berpesan agar menjaga jarak dengan teman apabila ke sekolah. Saya tidak tega membiarkan mereka belajar tanpa diperhatikan. Setiap hari selalu saya telfon melalu HP orang tua mereka. Namun tidak semuanya menjawab telfon dari saya. Saya selalu berprasangka baik, mungkin orang tua mereka lagi sibuk. 

Sekarang giliran pak guru ganteng yang datang ke rumah siswa. Pak guru ganteng datang bukan berbagi sembako, hanya berbagi senyuman. Terkadang senyuman yang manis bisa menjadi obat disaat kegalauan melanda. Saya ingin melihat keadaan siswa dan keluarganya juga pada saat situasi seperti ini. Selain itu juga menjalin silaturahmi dengan orang tua siswa. Satu per satu saya datangi mereka kerumah. Saya terlebih dahulu mengunjungi rumah siswa yang dekat dengan jalan ke sekolah. Ternyata dari 9 orang siswa, 8 orang yang berada dirumah dan 1 orang lagi bermain ke rumah temannya. Tapi itulah yang membuat saya senang berkunjung, keluarga terutama orang tua siswa selalu ramah dan menghargai saya. Begitulah enaknya mengajar disebuah pelosok desa, guru masih sangat dihargai. Biar panas sepanjang perjalanan tapi tidak menyurutkan semangat saya untuk bertemu si buah hati. 

Ditengah perjalanan, tiba-tiba saya berhenti dan terdiam sejenak. Pandangan saya lurus kedepan, melihat jalan yang begitu sunyi dan sedikit mengerikan. Saya ragu untuk melanjutkan perjalanan. Namun pikiran itu segera saya buang. Saya tetap melaju sesuai dengan tujuan. Sejenak saya merasa menjadi seorang pembalap. Keadaan jalan setelah diguyur hujan kemaren membuat semuanya becek. Akhirnya saya sampai ditujuan. Rasa takut dan letih hilang setelah melihat mereka. Sebelum saya masuk ke pekarangan rumah siswa, saya melihat sekeliling. Itulah saya, tubuh kekar tapi hati rapuh. Mata saya berkaca-kaca melihat keadaan. Ternyata beginilah mereka lewati setiap hari ke sekolah. Biasanya saya hanya melihat dari kejauhan saja, saya tidak menyangka keadaannya seperti ini. Tapi mereka masih tetap semangat untuk sekolah. Saya bersyukur karena diamanahkan bertugas disini. Meskipun jauh dari keluarga, tapi amanah ini membuat saya menjadi manusia yang harus banyak bersyukur. 

Tak lama kemudian, saya melanjutkan perjalanan ke rumah siswa yang lainnya. Setiap perjalanan saya nikmati dengan senang dan gembira. Hari-hari sebelumnya hanya berdiam dirumah karena situasi ini. Semua tugas siswa saya periksa, lalu saya abadikan lewat kamera. Semua kenangan ini akan saya abadikan. Tidak semua orang bisa mendapatkan apa yang saya rasakan. Saya ingin membuktikan, bahwa ketulusan dan cinta itu tidak akan pernah kalah oleh situasi dan keadaan. Selalu ada jalan dan kemudahan dari tuhan bagi hambanya yang memiliki ketulusan. 

Perjalanan hari ini sungguh sangat berkesan. Pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Saya teringat dengan masa kecil. Saya pun dilahirkan dari keluarga sederhana. Desa saya pun dipelosok. Dahulu saya selalu berpikir tuhan itu tidak adil. Melihat orang-orang punya baju baru, jajan banyak, dan bahagia. Sedangkan saya jajan banyak kurangnya, kadang minta-minta ke kerabat. Beli baju pas mau lebaran. Ingatan ini membuat mata saya basah. Saya tak bisa menahan kesedihan dan kerinduan dengan almarhum ibu saya. Sungguh perjalanan hari ini mengingatkan saya ke masa lalu. Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan umatnya. Dibalik kesusahan dan kesulitan pasti ada keindahan dan kemudahan yang beliau siapkan. Sekarang saya bisa merasakan keindahan itu meskipun belum sempurna. Perjalanan hari ini membuat saya semakin cinta dan bangga menjadi seorang guru. Saya semakin percaya diri memanggil diri saya pak guru ganteng. Ganteng bukan karena wajah tapi niat, pengorbanan, dan ketulusan dalam menjalani kewajiban. Semoga kisah saya ini bisa menjadi inspirasi bagi semua orang. Saya bukanlah seorang guru yang diidolakan oleh semua siswa. Saya bukanlah seorang guru yang sempurna. Masih banyak kekurangan yang harus dibina. Namun saya akan selalu ada disetiap kenangan mereka. Bagi saya mereka adalah penyemangat dalam menjalankan amanah. 


Sampai kapanpun kamu tidak akan pernah bisa membuat semua orang agar suka ke padamu. Tapi meskipun demikian tetaplah selalu melakukan kebaikan, paling tidak berguna untuk dirimu sendiri dan orang-orang terdekatmu. 
                             -Pak Guru Ganteng-



#ceritaku
#part24
#uptsdn14lunang
#siswakupenyemangatku
#nafrizalekaputra
#pakguruganteng

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ini P5 ku, mana P5 mu?

Guru itu tak seburuk yang kau sangka, kawan!

Ciri-Ciri Guru Yang Baik Dan Disenangi Siswa Versi Pak Guru Ganteng (UPT SDN 14 Lunang)