MBPN Pertemuan Ke-2

                 Mental Seorang Penulis


Pertemuan ke-2 Menulis Bersama Pak Naff (MBPN) ini diisi oleh seorang guru dan penulis muda yang penuh talenta. Beliau adalah Ditta Widya Utami,S.Pd.Gr. Beliau lebih akrab dipanggil dengan Buk Ditta. Prestasi/Penghargaan yang pernah diraih :
  • Peraih Parasamya Susastra Nugraha (100 Guru Penulis Jawa Barat) - 2020.
  • Peraih Parasamya Suratma Nugraha (Penggerak literasi) - 2020.
  • Penghargaan dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kab. Subang sebagai donatur buku - 2020.
  • Penghargaan Bupati Subang (2020) diusulkan Disdikbud Kab. Subang, diberikan saat HUT PGRI dan Korpri.
  • Penghargaan Bupati Subang (2021) diusulkan Disarpus Kab. Subang, disampaikan saat HUT Subang ke-73.
  • Penghargaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang (2021) untuk guru berprestasi disampaikan saat Hardiknas.
Malam ini buk Ditta akan menyampaikan materi tentang "Mental Seorang Penulis". Selain itu, malam ini Buk Ditta juga akan ditemani oleh seorang moderator yaitu Pak Rendy. Narasumber dan moderator malam ini sama-sama muda dan bertalenta. 

Menurut buk Ditta, menulis itu memang mudah. Kita semua bisa menulis. Jadi, siapa pun sebenarnya bisa jadi penulis. Namun untuk bisa menjadi penulis handal, penulis pembelajar, penulis sejati, penulis sukses, atau apa pun istilah yang anda miliki. Maka salah satu rahasianya adalah kita harus memiliki mental seorang penulis. Mental apa saja yang harus dimiliki seorang penulis?. Hal ini dapat kita lihat pada mind map dibawah ini:
Selanjutnya buk Ditta menyampaikan teknik menulis (penggunaan tanda baca, penulisan ilmiah, bagaimana membuat daftar isi, prakata, dsb) serta mental penulis (kondisi psikologis penulis) merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan. Tengok saja penulis J.K. Rowling. Berapa kali ia harus menerima penolakan demi penolakan dari penerbit?. Jika saja ia tak memiliki mental baja untuk terus mengirim karyanya ke penerbit, mungkin saat ini kita tak akan mengenal sosok penyihir Harry Potter.

Bisa menerbitkan buku memang menjadi salah satu tujuan penulis. Tapi tahukah Anda, kemampuan (teknik) menulis saja tentu tak cukup untuk mewujudkan target tersebut. Harus ada kemauan kuat, niat yang benar dan mental yang sehat sebagai seorang penulis. Berikut 4 Tips Mengelola Mental Penulis versi buk Ditta yaitu:


1. Perbarui niat, perjelas tujuan.
Mario Teguh pernah berkata, bahwa   
cita-cita adalah impian yang bertanggal.
Tujuan dalam KBBI diartikan sebagai 1. arah; haluan, atau 2. sesuatu yang dituju. Bayangkan atasan Anda meminta Anda untuk pergi ke suatu tempat. Semakin jelas tujuan Anda, semakin stabil mental Anda sebagai seorang penulis. Mengapa?Karena tujuan yang jelas, membuat mental Anda *lebih siap* menghadapi tantangan yang ada di hadapan. Semakin jelas tujuan Anda, semakin mudah Anda mencapainya. Jika semula tujuan Anda adalah menerbitkan buku, mulai perjelas sekarang. Tak kalah penting untuk menjaga mental seorang penulis adalah dengan memperbarui niat kita dalam menulis. 

2. Ketahui Manfaat Menulis.
Manfaat menulis bisa dirasakan baik oleh penulis maupun pembaca. Seiring dengan seringnya kita menulis, kita akan mengetahui manfaat menulis minimal bagi diri sendiri. Terkait dengan kesehatan mental, menulis ternyata bisa menjadi terapi yang sangat baik. Menulis bisa membahagiakan diri sendiri dan orang lain. Terkadang, hal yang kita anggap sederhana bisa sangat berarti bagi orang lain. Dengan demikian, *menulis dapat membuat mental kita menjadi sehat*. Rasa bahagia insya Allah bisa membuat kita lebih produktif dalam menulis.

3. Kenali Kekuatan dan Kelemahan Tulisan Kita.
Mengapa kita harus mengetahui kekuatan dan kelemahan tulisan kita?. Apa kaitannya dengan mental penulis?. Dari hasil survei sederhana, 30 responden yang merupakan penulis dari berbagai kota menjawab pertanyaan saya terkait kekuatan dan kelemahan tulisan mereka. Ada yang memiliki kekuatan dalam penggunaan diksi, alurnya runut, bahasa enak dibaca, dsb. Sementara di bagian kelemahan, umumnya yang diutarakan terkait dengan teknik menulis seperti perbendaharaan kata masih minim, belum sesuai PUEBI, antarparagrafnya masih belum nyambung. Perlu kita sadari bahwa saat kita membuat tulisan kemudian mempublikasikan hasilnya, maka tulisan kita sudah bisa dikonsumsi publik. Artinya, publik berhak mengomentari apa pun terkait dengan tulisan kita. Saat kita mengenali letak kekuatan tulisan kita, maka kita bisa fokus memaksimalkan tulisan yang berkualitas. Jika kita mengenali kelemahan tulisan kita, maka saat ada yang mengkritik, kita bisa terhindar dari baper (bawa perasaan). Jika seorang penulis mentalnya masih belum kuat dalam menerima masukan, bisa jadi ia akan berhenti menulis. Lain halnya saat mentalnya kuat. Mengenali kelebihan dan kekurangan diri dan tulisan, membuat kita menjadi lebih siap untuk dinilai oleh orang lain. Mengenali kelebihan dan kelemahan tulisan kita, akan membuat mental kita sebagai penulis semakin kokoh.

4. Kelola Rasa Takut.
Setiap orang pasti memiliki ketakutannya masing-masing. Takut dalam dunia menulis pun pasti ada. Namun, bagaimana kita bisa menyikapinya itu jauh lebih penting. Meski takut adalah hal yang manusiawi, namun sebaiknya jangan biarkan rasa takut menggerogoti diri. Masih dari hasil survei yang pernah saya lakukan, ternyata rasa takut dalam menulis secara garis besar bisa dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Rasa takut terkait teknik menulis. Misal takut tidak sesuai standar/kaidah penulisan, takut tidak layak terbit, dsb. Rasa takut ini bisa disembuhkan salah satunya dengan mengikuti pelatihan menulis seperti MBPN ini.
Agatha Christie pernah mengatakan bahwa "Ketakutan adalah pengetahuan yang tidak lengkap". Maka, saat kita takut terkait teknik penulisan, mari lengkapi pengetahuan kita dengan belajar kepada para narasumber dalam pelatihan belajar menulis ini.

b. Rasa takut terkait penilaian orang lain.* Nah, kalau ini contohnya takut tidak dibaca orang lain, takut diejek, dihina, dicemooh, dikritik, dsb. Salah satu cara ampuh untuk mengobatinya adalah dengan lebih sering mempublikasikan tulisan kita. WA, media sosial, blog, koran, jurnal, buku, dsb bisa menjadi tempat untuk mempublikasikan karya kita. Bisa itu karena biasa. Kita akan bisa menjadi pribadi yang lebih legowo terhadap komentar orang jika kita mulai membiasakan diri untuk dikomentari.

Nah demikian 4 Tips Mengelola Mental Seorang Penulis versi buk Ditta. Seluruhnya sebetulnya bisa dirangkum dalam satu kalimat : *_knowing yourself_* (kenali diri kita sendiri).

#Pertemuan ke-2 MBPN
#Menulis Bersama Pak Naff

Comments

Popular posts from this blog

Ini P5 ku, mana P5 mu?

Guru itu tak seburuk yang kau sangka, kawan!

Ciri-Ciri Guru Yang Baik Dan Disenangi Siswa Versi Pak Guru Ganteng (UPT SDN 14 Lunang)