BIRU (Bapak Itu Guru)

Dua minggu tlah berlalu, rasa rindu makin terasa. Rindu dengan mereka, rindu dengan suasana di kelas. Tapi inilah hidup, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esoknya. Mungkin tuhan telah menyiapkan sesuatu yang indah setelah ujian ini. Ternyata ujian ini terus berlanjut, dinas pendidikan dan kebudayaan menambah libur dua minggu lagi melalui surat edarannya. 


Situasi dan kondisi yang belum aman, maka libur ditambah lagi. Semua ini dilakukan demi kesehatan dan keselamatan siswa. Setelah saya membaca edaran ini, saya langsung menelfon orang tua siswa. Saya kabari bahwa libur ditambah lagi dua minggu. Sebagian orang tua bertanya kenapa liburnya ditambah lagi. Saya menjelaskan sesuai dengan isi edaran itu. Orang tua memahami situasi dan kondisi saat ini. Mereka berharap semoga wabah penyakit Covid -19 ini cepat berlalu. Diantara orang tua siswa,  ada salah satu yang sedikit curhat.
" Kasihan ya pak, anak-anak sedang semangatnya belajar. Mereka bertanya kapan bisa lagi sekolah. Lebih senang belajar disekolah katanya pak "

Sehari setelah itu, saya menelfon kembali orang tua siswa. Saya berpesan agar siswa bisa hadir ke sekolah untuk evaluasi tugas yang sudah dikerjakan. Sebenarnya saya takut juga menyuruh mereka hadir saat situasi seperti ini. Tapi libur ditambah dua minggu lagi, tentu harus ada program selanjutnya. Saya kasihan kalau mereka tidak belajar di rumah. Akhirnya saya pastikan hari sabtu siswa hadir ke sekolah. Jarak sekolah dengan rumah siswa tidak terlalu jauh, makanya saya ambil keputusan ini. Hampir setiap hari saya menelfon orang tua siswa, kadang saya meminta orang tua agar HP nya diberikan ke siswa. Saya berbicara sambil bercanda dengan siswa, melepaskan rasa rindu seperti berbicara saat di kelas. Untuk saat ini, hanya itu yang bisa kami lakukan. Kami hanya bisa berbicara lewat telfon. Ingin rasanya seperti sekolah lain belajar daring, tapi sayang keadaan siswa yang membuat saya hanya bisa tersenyum. Bersyukur masih bisa berbicara lewat telfon. 

Pagi yang indah, matahari menampakan sinarnya. langit pun tak mau kalah dengan warnanya. Tampak biru, sebiru baju yang ku pakai. Hari ini saya dan siswa akan bertemu di sekolah. Saya lebih semangat dan bersiap untuk berangkat. Tak lama diperjalanan, akhirnya sampai juga di sekolah. Saya terdiam sejenak, melihat area toga yang sudah menghijau rumputnya. Suasana sepi tanpa suara riang gembira seperti dahulu kala. Tak lama kemudian, saya langsung masuk ke area toga. Saya cabut rumput yang mulai menutupi tanaman. Namun tiba-tiba senyuman manis terukir diwajah. Ternyata sayurnya sudah bisa dipanen. Saya teringat dengan siswa, ada sebagian mereka yang belum mendapatkan jatah sayur. Hari ini mereka pasti senang, karna ada sayur yang bisa dipanen. Meskipun sedikit yang penting mereka bisa menikmati hasil usahanya bersama. 

Tak lama kemudian, merekapun datang. Sebagian ada yang jalan kaki dan sebagian lagi diantar oleh orangtuanya. Mereka saya minta untuk menyiram tanaman dan saya mencabut rumput sambil berjemur. Karena pada situasi saat ini, kita dianjurkan untuk berjemur. Lebih kurang setengah jam kami di area toga, semua udah berkeringat. Kemudian saya mengajak siswa menuju kelas. Saya meminta mereka mengambil buku siswa tema yang baru. Mereka menandai buku sesuai dengan nomor urut absen masing-masing. Hal ini dilakukan agar bukunya tidak tertukar dengan temannya yang lain. Setelah evaluasi tugas tahap 1, saya menjelaskan ke siswa tugas selanjutnya. Mungkin program dua minggu kedepannya sedikit berbeda dengan program sebelumnya. 
Pada program selanjutnya, saya tidak mau terlalu membebani siswa. Bagi saya, yang penting mereka belajar dirumah. Saya menyadari, tentu hasilnya tidak semaksimal belajar di sekolah. Tapi saya selalu yakin dan berprasangka baik ke siswa bahwa mereka pasti bisa. Tugas untuk berikutnya adalah
" ananda semua, sekarang buku tema 9 sudah ditangan masing-masing. Tugas selanjutnya, ananda baca setiap bacaan yang ada pada PB. Baca dan pahami bacaan itu, lalu buat pertanyaan sendiri sebanyak 3 buah lalu jawab sendiri. Bapak mau ananda mengerjakan sendiri, harus jujur. Meskipun bapak tidak melihat, tapi tuhan akan selalu melihat ananda. Setiap hari harus selesai 1 PB. Nanti kalau ada yang ragu, silakan hubungi bapak".

Setelah mendengar apa yang saya sampaikan, mereka tersenyum semuanya. Mereka merasa tugasnya tidak sulit. Saya tidak mau mereka merasa terbebani. Pada program pertama, saya akui tugasnya membuat mereka sedikit terbebani. Hal itu terjadi karena waktu terdesak. Program harus ada karena anak langsung libur besoknya. Untuk program kedua ini, saya berharap mereka tidak terbebani. Saya hanya ingin mereka belajar. Akhirnya mereka pulang ke rumah masing-masing. Saya istirahat sebentar di kantor sambil mendengarkan alunan musik. 

Jam menunjukan pukul 12.50 Wib. Saya beribadah dulu, lalu bersiap untuk pulang. Namun sebelum pulang, saya mengasingkan satu buku didalam tas. Saya teringat dengan salah satu jagoan saya yang lagi sakit. Mungkin dia lagi butuh buku yang baru juga. Tak lama kemudian saya berangkat menuju rumah Zodik. Setelah berhenti didepan rumahnya, saya sangat senang. Saya melihat Zodik sudah bisa jalan. Sungguh tuhan mendengar doa hambanya. Saya hanya bisa memberikan senyuman yang manis. Ingin rasanya memeluk, tapi situasi yang membuat saya harus jaga jarak. Hari ini saya melihat senyumannya kembali. Saya juga berjumpa dengan orang tuanya. Saya berikan buku siswa yang baru. Saya selalu memberikan pesan atau nasehat, agar dia selalu termotivasi untuk belajar. Bacalah selagi bisa, tapi jangan dipaksakan. Jadikan buku itu sebagai teman disaat sepi dan bosan.  Zodik pun tersenyum dan menjawab sambil malu. Tak lama kemudian, saya pamit berangkat pulang. Hari yang begitu indah dan menyenangkan. Saya merasa sangat beruntung karena telah ditakdirkan sebagai seorang guru. Mungkin sebagian orang menganggap guru miskin akan harta, tapi perlu disadari bahwa guru kaya akan kasih sayang. Semoga kasih sayang itu selalu ada dan tulus untuk mereka. Karena ketulusan itulah yang akan membawa kita ke surgaNYA, aamiin. 

"Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji"
                                             -BUYA HAMKA-



#ceritaku
#part22
#uptsdn14lunang
#siswakupenyemangatku
#nafrizalekaputra
#pakguruganteng


Comments

  1. Selalu ada kisah yg menarik dari apa yg bapak tuloskan dan sungguh sangat menginspirasi kami para pembaca. Teruslah menulis dan panen hasilnya dengan diterbitkan menjadi buku kisah inspiratif guru di desa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mksih om jay, semua berkat om jay, smoga allah slalu melindungi om

      Delete
  2. Asyik tulisannya panjang, semangat ya. Teruslah menulis dan menginspirasi.
    Jangan lupa juga membaca, karena dengan membaca kita akan memperkaya gaya bahasa/bercerita.
    Saya yakin sebentar lagi blog guru hebat yang Ghanthenk ini pasti akan semakin Ganthenk.

    Salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin,,, mksih pak/buk atas sarannya, smoga tuhan slalu melindungi

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ini P5 ku, mana P5 mu?

Guru itu tak seburuk yang kau sangka, kawan!

Ciri-Ciri Guru Yang Baik Dan Disenangi Siswa Versi Pak Guru Ganteng (UPT SDN 14 Lunang)