Implementasi Merdeka Belajar Dalam Pendidikan


              Nafrizal Eka Putra, M.Pd

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Untuk menciptakan manusia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama dalam mencapainya. Nah, sekarang muncul pertanyaan "Apakah itu Pendidikan? ".

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota  masyarakat. Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa dalam pendidikan hendaknya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, artinya pendidikan itu bersikap dinamis sesuai dengan tantangan atau perkembangan zaman. Pendidikan itu bukan lagi memaksa tapi menuntun. Ibarat seorang petani yang lagi menanam benih padi. Petani tidak bisa memaksakan benih padi berbuah jagung. Tetapi yang bisa dilakukan petani adalah merawat perkembangan benih tadi agar tumbuh dan berbuah dengan bagus sehingga memberikan manfaat banyak bagi orang lain. Nah, seperti itu juga dalam dunia pendidikan. Seorang guru tidak akan bisa memaksa anak agar bisa menjadi seperti yang di mau guru. Tetapi guru bisa memberi ruang anak agar bisa mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri anak. Sehingga bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak dengan baik. 

Dari pernyataan Ki Hajar Dewantara diatas, sebagai guru harus memiliki nilai dan peran agar mampu menjadi teladan, memberi motivasi, dan mendorong siswa untuk mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya dalam pendidikan melalui proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus memiliki nilai dalam menjalankan perannya. Nilai yang harus dimiliki guru adalah mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid. Sedangkan peran yang perlu dimiliki guru adalah Memimpin pembelajaran, berkolaborasi dengan guru lain, menciptakan komunitas belajar, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Nilai dan peran merupakan langkah awal menuju perubahan baru. Salah satu bentuk dari perubahan itu adalah menerapkan konsep merdeka belajar di kelas. Merdeka belajar adalah program yang mengupayakan proses pembelajaran  secara merdeka atau bebas sesuai dengan minat dan karakter anak. Jadi konsep merdeka belajar ini merupakan cerminan dari pemikiran Ki Hajar Dewantara. 

Merdeka belajar memprioritaskan anak dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus mampu beradaptasi dengan segala perubahan yang ada dalam dunia pendidikan. Tidak ada lagi kekerasan fisik atau non fisik dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang guru, harus mampu membuat situasi dan kondisi senyaman mungkin sehingga anak menjadi betah untuk belajar. 

Dari pemikiran Ki Hajar Dewantara dan merdeka belajar, membuka pemikiran saya dalam proses pembelajaran. Saya merasakan begitu banyaknya kesalahan-kesalahan yang diperbuat selama ini dalam proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran dikelas sebelum memahamai pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Merdeka Belajar yaitu:
1. Seorang guru harus membuat aturan agar murid patuh dan disiplin. 
2. Guru harus menyelesaikan target mengajar sesuai dengan kurikulum. 
3. Semua murid harus mendapatkan nilai yang tinggi pada semua mata pelajaran. 
4. Guru memberikan hukuman atau sanksi kepada siswa yang melanggar aturan. 
5. Guru sangat menyayangi murid yang lebih pintar. 
6. Siswa harus tenang dan diam dikelas. 
7. Siswa harus mengikuti kegiatan praktek yang sudah ditentukan guru. 

Itulah beberapa hal yang terjadi dikelas atau sekolah saya. Tujuannya baik, namun ada beberapa hal yang membuat hati bertanya-tanya. Begitu banyaknya usaha yang dilakukan, namun kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Begitu banyak hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Salah satu contohnya adalah masih banyak nilai murid dibawah KKM. 

Setelah memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Merdeka Belajar,  banyak hal-hal yang saya dapatkan tentang dunia pendididkan. Sejenak saya terdiam dan mengingat hal-hal yang sudah saya lakukan ke murid. Pikiran ini membuat hati saya sedih dan merasa bersalah. Tanpa disadari saya melakukan refleksi diri selama menjadi guru. Akhirnya saya bertekad ingin merubah pemikiran atau perilaku saya. Saya harus memprioritaskan atau mengutamakan anak dalam proses pembelajaran. Saya harus memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak. Saya harus menghargai setiap perbedaan yang ada pada anak. Saya tidak mau lagi memaksakan kehendak kepada anak. Saya harus memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minat yang ada dalam diri masing-masing anak. Saya harus lebih dekat dengan anak agar anak merasakan kasih sayang yang tulus dari gurunya. Saya ingin menjadi pembelajar merdeka. Saya ingin menjadi guru yang menerapkan merdeka belajar dalam proses pembelajaran. Saya ingin melakukan perubahan. Saya ingin memulainya dari diri sendiri dulu, sebelum mengimbaskannya kepada rekan guru lainnya. 

Berikut beberapa kegiatan yang sudah saya lakukan dikelas dalam mengimplementasikan konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara dan merdeka belajar, seperti:

1. Saya memprioritaskan anak dalam proses pembelajaran seperti melibatkan anak dalam membuat kesepakatan atau keputusan yang diambil dikelas sehingga anak merasa penting/utama dalam pembelajaran. Kesepakatan yang sudah kami buat ditempel didinding kelas sehingga anak akan lebih bertanggungjawab dengan apa yang sudah dilakukan. Apabila mereka melanggar, maka mereka sendiri dengan sadar tanpa disuruh mengakui kesalahan sendiri. Mereka dengan sendiri melaksanakan sanksi yang sudah disepakati tanpa harus di suruh guru. Sanksi yang mendidik seperti membaca perkalian atau membaca sila pancasila beserta simbolnya. Sehingga tidak ada lagi paksaan karena sanksi itu mereka sendiri yang menyepakati. Guru hanya membimbing dan mengarahkan. 


2. Setiap pagi setelah membaca doa, saya membiasakan anak secara bergantian membaca Al-qur'an dan surah pendek. Saya meminta satu anak membaca al-qur'an dan satu lagi membaca surah pendek. Jadi setiap hari mereka dapat giliran. Dengan demikian anak yang belum lancar, mereka makin semangat belajar di surau. Selain itu saya makin mudah memfokuskan anak untuk memulai pembelajaran. 


3. Saya  membuat kesepakatan dengan anak untuk melaksanakan makan bersama sekali seminggu. Dengan kegiatan ini anak merasa senang dan saya sebagai guru bisa lebih bisa memahami karakter anak. Saya bisa menanamkan nilai-nilai kebaikan ke anak yaitu ikhlas dalam memberi atau menolong sesama teman. Mereka saling berbagi sambal. Mereka juga berbagi kepada anak yang lupa membawa nasi. Dari kegiatan ini juga saya dan anak merasakan nilai kekeluargaan sehingga kelas kami makin harmonis. 



4. Saya memberikan kebebasan kepada anak dalam mengembangkat bakat dan minatnya seperti menampilkan kreatifitasnya dalam kegiatan seni seperti tari, lagu, drama, dan membaca puisi. Sebelumnya saya yang menentukan dan anak tinggal melakukannya sehingga ada sebagian dari mereka merasa terpksa. Tapi sekarang saya mulai memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minat yang disukai. 


5. Saya lebih rajin memberikan reward ke anak dalam bentuk pujian sehingga mereka makin semangat dalam belajar. Salah satunya seperti mereka sering tampil kedepan kelas. 


6. Saya selalu merayakan ulang tahun anak. Hal ini dilatar belakangi oleh curhatan anak-anak. Saat itu saya memutar video cara membuat undangan. Kebetulan saya memutar video tentang undangan ulang tahun. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak pernah mendapatkan undangan dan mereka juga tidak pernah merayakan ulang tahun. Oleh sebab itu hati saya tergerak untuk membuat budaya merayakan ulang tahun. Sehingga anak menjadi senang dan semangat. Saya sangat merasakan kebahagiaan mereka. 


7. Saya membuat sebuah wadah kegiatan untuk anak dalam mengembangkan bakatnya dalam bidang literasi yaitu menulis buku. Saya membiasakan anak untuk menulis puisi. Sekali seminggu atau sekali 2 minggu anak saya beri kesempatan untuk mencurahkan perasaannya dalam bentuk puisi. Sehingga kumpulan dari tulisan anak tersebut saya gabung menjadi naskah lalu saya kirim ke penerbit menjadi buku ber-ISBN. Alhamdulillah sampai saat ini sudah terbit 3 buku.  



8. Saya selalu berusaha membiasakan menyelesaikan masalah dengan sabar dan lemah lembut. Setiap ada anak yang melakukan kesalahan, saya selesaikan dengan baik sehingga anak tidak merasa dimarahi atau ditekan. Saya semakin paham cara menyelesaikan masalah dengan bijak. Salah satunya dengan cara segitiga restitusi. 


9. Setiap jam istirahat saya selalu menyempatkan diri untuk bermain bersama anak. Dengan begitu saya semakin dekat dan semakin paham dengan karakter anak.


10. Saya menggunakan strategi yang bervariasi dalam mengajar sehingga anak tidak cepat bosan dalam proses pembelajaran seperti bermain game atau membuat yel-yel yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. 



Saya yakin dan percaya selagi ada niat dari hati dan usaha beserta doa, slalu ada jalan dari tuhan untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Sabar dan selalu berfikir positif sehingga terwujudlah merdeka belajar sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara dan terbentuklah Profil Pelajar Pancasila.

"Tidak perlu menunggu jadi pejabat untuk hebat. 
Tidak perlu menunggu jadi ahli untuk berbuat. 
Setiap kita memiliki kesempatan yang sama. 
Mulailah bergerak, mulailah melakukan perubahan. Mulailah dari diri sendiri."
_Nafrizal Eka Putra_

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ini P5 ku, mana P5 mu?

Guru itu tak seburuk yang kau sangka, kawan!

Ciri-Ciri Guru Yang Baik Dan Disenangi Siswa Versi Pak Guru Ganteng (UPT SDN 14 Lunang)