Koneksi Antarmateri Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sabagai Pemimpin Pembelajaran

NAFRIZAL EKA PUTRA
CGP Angkatan 4 
Kabupaten Pesisir Selatan

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, saya bersyukur masih diberi kesehatan oleh Allah untuk mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak angkatan 4 ini. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Sulistiyono selaku Fasilitator dan Ibu Sri Rejeki selaku pengajar praktik, yang telah memberikan motivasi dan semangat untuk sampai ke tahap ini. Semoga saya bisa menyelesaikan Program Pendidikan Guru Penggerak ini dengan sangat baik dan bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Semoga nanti saya bisa mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada murid dan menularkan virus-virus merdeka belajar kepada rekan guru. 

Pada artikel kali ini, izinkan saya menjelaskan koneksi antar materi modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Setiap materi yang sudah dipelajari pada modul 3.1 ini memiliki keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya. Keterkaitan itu nantinya bisa saling melengkapi dalam mencapai tujuan. Untuk menjelaskan keterkaitan tersebut, ada 10 pertanyaan yang akan saya jawab sehingga tergambar keterkaitan antar modul tersebut. 

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Ki Hajar Dewantara merupakan pencetus asas-asas pendidikan yang kita kenal sebagai patrap triloka. Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha (didepan memberi teladan) , ing madya mangun karsa (ditengah membangun motivasi&, Tut wuri handayani (dibelakang memberi dukungan). Kaitannya dengan hal tersebut, adalah seorang guru harus mampu mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mengacu pada patrap triloka yaitu mampu menjadi teladan, memberi motivasi, dan memberi dukungan kepada muridnya dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki murid sesuai dengan kodrat zamannya.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Sebagai seorang guru, kita memang sudah dipandang sebagai seorang yang diteladani ditengah masyarakat. Oleh sebab itu pembentukan nilai diri harus diupayakan dalam upaya menjadi teladan bagi muridnya. Keputusan-keputusan yang diambil oleh seorang guru yang memilki nilai-nilai kebaikan dalam dirinya akan mampu melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya?

Untuk memudah seorang guru dalam pengambilan keputusan yang tepat yaitu keputusan yang berpihak kepada murid, maka seorang guru harus memilki kemampuan coaching. Salah satu model coaching yang mudah untuk dipahami dan dijalankan adalah coaching model TIRTA. Model TIRTA ini dikembangkan untuk dapat membantu seorang guru atau coach dalam menuntun murid atau coachee menemukan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan memanfaat komunikasi positif melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang dapat membuat murid menemukan sendiri solusi dari permasalahannya. 

Coaching model TIRTA itu sendiri adalah Tujuan, Identifikasi Masalah, Rencana Aksi dan TAnggung jawab. Melalui coaching pengambilan keputusan yang telah diambil dapat direfleksikan kembali sehingga menjadi keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan karena setiap keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap masa depan murid kita.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Kemampuan sosial dan emosional seorang pemimpin pembelajaran menjadi salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan. Guru yang memiliki kemampuan tersebut ketika berpijak pada prinsip dan nilai-nilai kebajikan yang ada dalam dirinya, akan memberikan kontribusi yang baik dalam pengambilan dan pengujian sebuah keputusan. 

Kecerdasan sosial dan emosional tersebut tentu akan menjadikan seorang guru lebih berwibawa dan bijak dalam pengambilan sebuah keputusan. Keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Ketepatan dalam pengambilan keputusan itu pada akhirnya akan berdampak positif terhadap anak murid, rekan sejawat, dan tentunya bagi lembaga pendidikan atau semua warga sekolah, sehingga terciptanya lingkungan sekolah yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi, apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika (benar lawan benar) atau bujukan moral (benar lawan salah) . Dengan nilai- nilai yang dimiliki seorang guru baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri maupun reflektif, seorang guru dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali dan mengembangkan potensi yang dimiliki  dalam mengambil sebuah keputusan dan mendapatkan sendiri solusi dari masalah yang dihadapi. 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkunga yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, maka pertama kali yang harus dilakukan adalah menganalisa terlebih dahulu kasus yang terjadi. Apakah kasus tersebut masuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, maka pengambilan keputusan berdasarkan langkah 4-3-9 yakni 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dengan langkah 4-3-9 tersebut maka seorang pemimpin pembelajaran mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk muridnya.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap guru pasti akan berhadapan dengan situasi dilema etika. Begitupun dengan saya seorang guru di UPT SDN 14 Lunang, menemui kesulitan-kesulitan dalam menjalankan tugas. Kesulitan tersebut lebih banyak karena adanya perbedaan prinsip yang terbentuk oleh nilai-nilai kebajikan dalam diri individu guru. Kesulitan tersebut, kadang pula disebabkan oleh kemampuan sosial dan emosional. Kemampuan sosial dan emosional yang berbeda dan juga paradigma dilema etika yang berbeda memberikan kontribusi kesulitan masing-masing dalam pengambilan sebuah keputusan. Kesulitan-kesulitan tersebut tentu berdampak pada kemerdekaan belajar yang diharapkan. Kontribusi itu kadang berdampak jangka pendek, kadang pula berdampak jangka panjang. 

Oleh sebab itu, bagi saya kegiatan pengembangan diri guru merupakan hal baik dalam meningkatkan kapasitas sebagai pemimpin pembelajaran, sehingga akan dapat mengambil sebuah keputusan yang teruji dan terukur. Keputusan yang teruji dan terukur hanya dapat diterapkan dengan baik manakala adanya kesamaan paradigma pengambilan keputusan yang tepat, sehingga akan memberikan kemerdekaan belajar bagi anak murid yang pada akhirnya akan terwujud profil pelajar Pancasila. 

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran sangat berdampak bagi perkembangan muridnya. Keputusan yang salah akan merugikan murid kedepannya. Oleh karena itu, Ketika seorang guru mengambil keputusan sudah memperhatikan dan menerapkan langkah 4-3-9 yakni terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan seperti apa yang telah dijelaskan pada modul 3.1, maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid karena keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran, maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru harus benar-benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Dengan keputusan yang sudah mempertimbangkan kebutuhan murid, maka murid dapat menggali dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Sehingga dengan memperhatikan kesemua itu dalam mengambil keputusan maka keputusan yang diambil dapat berpengaruh terhadap keberhasilan murid dimasa depannya nanti.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir dari keterkaitan antara modul  3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya adalah merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar. Sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. 

Dalam melaksanakan proses Pendidikan, guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching dengan model TIRTA akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran. Sehingga dengan keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri. Tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. 

Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Dengan begitu maka akan terwujud pembelajaran yang berpihak kepada murid atau merdeka belajar dan Profil Pelajar Pancasila.






Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Kupasan materinya sangat menarik, sehingga nampak pentingnya seorang pendidik menguasai teknik pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Semangat mewujudkan merdeka belajar pak Naff .

    ReplyDelete
  3. Setuju sekali Pak Naf, kalau pengambilan keputusan yang tepat, akan memberikan kemerdekaan belajar bagi anak murid kita.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ini P5 ku, mana P5 mu?

Guru itu tak seburuk yang kau sangka, kawan!

Ciri-Ciri Guru Yang Baik Dan Disenangi Siswa Versi Pak Guru Ganteng (UPT SDN 14 Lunang)